Orang
awam yang tidak pernah bersentuhan dengan bisnis ritel umumnya akan
mengidentikan merchandising management sebagai purchasing management. Hal ini
dikarenakan di dalam merchandising management memang terdapat aktifitas
pembelian sebagaimana yang fungsi yang dilakukan oleh purchasing management.
Sebagaimana umumnya aktifitas pembelian, merchandising management juga
mengikuti prinsip-prinsip dasar dari purchasing management yaitu right product,
right quality, right price, right place, and right time. Jika fungsi yang
dijalankan oleh merchandising managementsecara prinsip adalah sama dengan
fungsi yang dijalankan oleh purchasing management, mengapa perusahaan ritel
menyebut departmentini sebagai Merchandising Dept. dan bukan sebagai Purchasing
Dept. ???
Terminologi
dari merchandising managementadalah proses yang dilakukan oleh peritel untuk
menyediakan barang dagangan atau merchandiseyang tepat, yang akan ditawarkannya
kepada konsumen dengan kualitas yang tepat, dalam jumlah dan harga yang tepat,
serta dalam waktu dan tempat yang tepat dengan tujuan mencapai sasaran keuangan
yang telah ditetapkan oleh manajemen perusahaan. Dari terminologi tersebut
dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai sasaran keuangannya, sebuah perusahaan
ritel mengandalkan penjualan merchandise yang ditawarkannya kepada konsumen
sebagai sumber pendapatannya. Ketika peritel melakukan "kesalahan"
dalam menentukan merchandiseyang ditawarkannya kepada konsumen maka yang akan
terjadi adalah tidak tercapainya sasaran keuangan perusahaan. Tak peduli apakah
peritel tersebut berskala kecil maupun besar. Peritel harus mampu membuat
keputusan yang tepat dalam memilih ribuan merchandise itemyang akan dijual di
dalam gerainya yang berasal dari ratusan vendor sehingga mampu memenuhi
kebutuhan konsumen untuk menghasilkan penjualan.
Fungsi
dasar yang dilakukan oleh merchandising management terdiri dari terdiri dari 5
(lima) jenis, yaitu : 1. Perencanaan keragaman barang dagangan, 2. Sistem
pembelian, 3. Pembelian barang dagangan, 4. Penetapan harga jual, 5. Bauran
promosi ritel. Merchandising management sebagaimana juga purchasing
managementmemiliki fungsi untuk mengembangkan sistem pembelian yang akan
diimplementasikan didalam perusahaan dan selanjutnya melakukan fungsi pembelian
barang yang sesuai dengan prinsip-prinsip pembelian. Perbedaan yang paling
mendasar antara merchandising managementdengan purchasing management adalah
tidak dimilikinya fungsi perencanaan keragaman merchandise, penetapan harga
jual, dan bauran promosi ritel di purchasing management. Inilah sebabnya
department yang menjalankan fungsi pengadaan barang dagangan di perusahaan
ritel tidak disebut sebagai Purchasing Dept tapi Merchandising Dept.
Merchandise
Assortment Plan
Merchandise
assortment plan atau perencanaan keragaman barang dagangan adalah fungsi
pertama dari merchandising management. Fungsi merchandising management dalam
hal perencanaan keragaman barang adalah merencanakan, menganalisa, memilih, dan
menentukan barang dagangan yang akan disediakannya di dalam gerai ritel agar
mampu mencapai sasaran keuangan perusahaan. Adapun yang disebut dengan ruang
lingkup sasaran keuangan perusahaan meliputi anggaran pembelian yang disediakan
perusahaan, target penjualan yang ingin dihasilkan, serta target nilai dan
persentase gross margin yang ingin dihasilkan.
Peritel
membatasi nilai anggaran yang bisa digunakan oleh Merchandising Dept. untuk
melakukan pembelian barang dagangan. Pembatasan anggaran pembelian ditentukan
berdasarkan luas area penjualan yang dimiliki, serta target penjualan dan
tingkat gross margin yang ditetapkan. Terbatasnya anggaran pembelian yang
ditetapkan oleh manajemen mengharuskan retail buyer merencanakan, menganalisa,
memilih, dan menentukan item barang dagangan yang akan disediakannya di dalam
gerai agar mampu menghasilkan kinerja penjualan dan gross margin yang maksimal.
Retail buyer harus menghitung item barang dan jumlah masing-masing item barang
dagangan yang akan disediakannya serta memperkirakan tingkat penjualan dan
gross margin yang bisa dihasilkannya dalam nilai yang maksimal berdasarkan
anggaran pembelian yang sudah ditentukan.
Dalam
melakukan perencanaan keragaman barang, Merchandising Dept melakukan
pengorganisasian terhadap barang dagangan dengan cara mengelompokan barang
dagangan tersebut ke dalam masing-masing kategori agar lebih mudah dalam
mengelolanya. Barang dagangan dikelompokan dalam bentuk product structure, dari
mulai kelompok yang terbesar yang biasanya disebut sebagai divisi sampai dengan
kelompok yang terkecil yang biasanya disebut sebagai kategori atau sub
kategori. Setiap kategori atau sub kategori berisi daftar item barang yang
memiliki fungsi serta tujuan dan cara mengkonsumsi yang sama dan bersifat
saling menggantikan satu sama lain (subtitusi). Pengelolaan barang dagangan
menurut masing-masing kategori barang disebut sebagai category management.
Retail buyer di perusahaan ritel berbasis makanan, menentukan item barang
dagangan dengan mempertimbangkan 6 (enam) hal berikut, yaitu : 1. Kategori
(Category), 2. Merk (Brand), 3. Ukuran (Size), 4. Kemasan (Packaging), 5.
Varian (Variant) dan 6. Harga (Price).
Category
merupakan pertimbangan pertama bagi retail buyer dalam menentukan keragaman
barang. Secara kasat mata dapat dilihat bahwa semakin besar gerai ritel yang
dioperasikan semakin banyak kategori barang dagangan yang akan disediakan di
dalam gerai tersebut. Oleh karena itu retail buyer harus menentukan terlebih
dahulu kategori barang apa yang akan disediakannya di dalam gerai.
Brand
menjadi pertimbangan kedua bagi retail buyer dalam menentukan keragaman barang.
Sebuah gerai ritel harus menyediakan merchandise yang memiliki brand image yang
kuat agar mampu menarik konsumen untuk masuk ke dalam gerainya. Peritel yang
tidak mampu menyediakan item barang dagangan dengan brand image yang kuat
memiliki daya tarik yang rendah untuk menarik konsumen.
Size
menjadi pertimbangan ketiga bagi retail buyer dalam menentukan keragaman
barang. Ukuran barang sangat berkaitan dengan anggaran dana yang dimiliki serta
tujuan dan volume konsumen dalam mengkonsumsinya. Ketika konsumen memiliki
anggaran yang terbatas tetapi dengan keterbatasan tersebut ingin membeli
beberapa jenis barang, secara otomatis konsumen akan memilih produk dalam
ukuran yang lebih kecil agar dapat memperoleh seluruh barang yang dibutuhkannya.
Demikian juga yang berkaitan dengan tujuan dan volume konsumen dalam
mengkonsumsinya. Konsumen dari segmen "Horeca" yang mengkonsumsi
minyak goreng cukup banyak akan membeli minyak goreng dalam ukuran yang besar
agar dapat digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama. Sedangkan konsumen
dari segmen rumah tangga akan membeli dalam ukuran yang lebih kecil karena
volume konsumsinya tidak sebanyak yang dibutuhakan oleh konsumen dari segmen
"Horeca".
Packaging
menjadi pertimbangan keempat bagi retail buyer dalam menentukan keragaman
barang..Masing-masing jenis packaging dari suatu produk memiliki segmen market
dan tujuan masing-masing dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Sebagaimana faktor
ukuran, pemilihan kemasan oleh konsumen juga berkaitan dengan tujuan konsumsi
dan biaya yang harus dikeluarkan konsumen untuk memperoleh barang tersebut.
Kemasan isi ulang menjadi produk yang dicari konsumen karena pertimbangan harga
yang lebih ekonomis. Kemasan botol menjadi pilihan konsumen dengan pertimbangan
kemudahan untuk dibawa kemana-mana dan disimpan. Kemasan jerigen membidik
segmen pelaku usaha karena volumenya besar sesuai dengan kebutuhan pelaku
usaha. Ketika peritel membidik segmen rumah tangga sebagai target marketnya dan
tidak membidik segmen pelaku usaha maka peritel tersebut tidak perlu
menyediakan produk minyak goreng dengan kemasan jerigen di dalam gerainya.
Variant
menjadi pertimbangan kelima bagi retail buyer dalam menentukan keragaman
barang. Keberadaan varian di dalam suatu rentang produk sangat berkaitan dengan
selera konsumen. Konsumen yang memiliki selera untuk mengkonsumsi Ultra Milk TP
250 Ml varian coklat, kecil kemungkinannya untuk membeli Ultra Milk TP 250 Ml
varian strawberry secara berkala. Konsumen cenderung untuk beralih ke gerai
ritel lainnya jika beberapa kali tidak mendapatkan varian produk yang
dicarinya. Oleh karena itu retail buyer harus menyediakan varian produk yang
lengkap untuk memenuhi kebutuhan konsumen secara maksimal.
Price
menjadi pertimbangan keenam bagi retail buyer dalam menentukan keragaman
barang. Harga jual barang sangat berkaitan dengan segmen market yang dibidik
oleh peritel. Retail buyer harus mempertimbangkan daya beli konsumen target
market yang dibidiknya dalam merencanakan keragaman barang yang salah satu parameternya
bisa dilihat dari harga produk. Konsumen dari kelas menengah ke bawah merupakan
konsumen yang sangat sensitif terhadap harga. Rendahnya daya beli yang dimiliki
oleh konsumen dari kelompok ini memaksa mereka untuk memperhitungkan secara
cermat pengeluaran sehari-hari agar seluruh kebutuhannya dapat terpenuhi.
Ketika konsumen bisa mendapatkan produk sejenis dengan kualitas yang relatif
sama dengan harga lebih rendah meskipun dengan merk yang berbeda, konsumen dari
kelompok ini cenderung untuk mengganti pola belanjanya dengan membeli produk
yang nilainya lebih rendah.
Buying
System
Setelah
mengembangkan merchandise assortment plan, retail buyer akan mengembangkan
merchandise budget plan atau perencanaan anggaran pembelian barang dagangan.
Jika merchandise assortment plan menyediakan kerangka umum tentang jenis barang
dagangan yang akan disediakannya di dalam gerai ritel maka merchandise budget
plan digunakan untuk menentukan sasaran jumlah anggaran pembelian barang untuk
setiap bulannya, memperkirakan tingkat penjualan, tingkat perputaran barang,
serta GMROI.
Merchandise
budget plan bertujuan untuk menyusun target yang ingin dicapai oleh item barang
tertentu dalam satuan nilai mata uang (Rp.) serta untuk merencanakan pengaruh
kinerja merchandise terhadap perusahaan dari sisi keuangan. Merchandise budget
plan berisi jumlah uang yang akan dibelanjakan setiap bulannya untuk mendukung
tercapainya target penjualan dan GMROI.
Dalam
menyusun merchandise budget plan, retailbuyer turut merencanakan pengalokasian
barang dagangan ke masing-masing gerai. Jumlah barang dagangan yang akan
dialokasikan kepada masing-masing gerai ditentukan berdasarkan potensi
penjualan yang dimiliki masing-masing gerai dan karakterisitik dari basis
konsumen di masing-masing gerai.
Buying
Merchandise
Ketika
merchandise assortment plan dan merchandise budget plan telah selesai disusun,
langkah selanjutnya dari proses merchandising management adalah buying
merchandise atau membeli barang dagangan. Ribuan item barang yang disediakan di
dalam sebuah gerai ritel diperoleh dari ratusan vendor yang berasal dari
berbagai kategori vendor, seperti : prinsipal produk, distributor, importir,
authorized sales agent, industri rumah tangga, lembaga koperasi, pedagang
pengumpul, dan lain-lain. Proses pembelian barang dagangan dimulai dengan
proses pencarian, analisa, pemilihan, dan penentuan vendor yang akan dijadikan
sebagai mitra usaha.
Barang
dagangan yang memiliki brand image yang kuat biasanya dipasok oleh vendor dari
kategori prinsipal produk yang dipasok oleh distributor di masing-masing
wilayah. Barang dagangan yang dikategorikan sebagai produk import dipasok oleh
vendor dari kategori importir, dimana untuk barang import seperti ini satu
jenis item barang bisa saja dipasok oleh lebih dari satu vendor. Produk yang
dikategorikan sebagai produk lokal biasanya dipasok oleh vendor dari kategori
industri rumah tangga, lembaga koperasi, maupun pedagang pengumpul.
Dalam
proses pencarian vendor, retail buyer menginventarisasi seluruh vendor dari
masing-masing jenis produk dan merk. Setelah memiliki daftar calon vendor yang
potensial, retail buyer mengundang seluruh calon vendor untuk menggali potensi
dan peluang yang dimilikinya melalui proses negosiasi dengan vendor. Hasil
negosiasi antara retail buyer dengan vendor dituangkan dalam sebuah Vendor
Agreement atau Supplier Trading Terms yang berisi syarat dan kondisi pasokan
barang, seperti : discount, rebate, fee, order day, order period, sales in
target, service level, term of payment, dan lain-lain.
Proses
pemilihan dan penentuan vendor yang akan dijadikan sebagai mitra usaha tetap
perusahaan dilakukan setelah proses negosiasi. Retail buyer akan menganalisa
hasil yang telah disepakati dalam proses negosiasi dan selanjutnya memilih dan
menentukan vendor yang bisa memberikan benefit yang maksimal bagi perusahaan dan
menjamin keberlangsungan pasokan barang dagangan.
Proses
pembelian barang dagangan dilakukan setelah Vendor Agreement atau Supplier
Trading Terms ditandatangani. Dalam melakukan proses pembelian barang dagangan,
beberapa peritel menerapkan metode sentralisasi pembelian yang dilakukan oleh
retail buyer di kantor pusat. Beberapa peritel menerapkan metode desentralisasi
yang memberikan kewenangan kepada personel di level gerai atau kantor regional
untuk melakukan pembelian kepada vendor yang ada di masing-masing wilayah.
Ketika metode desentralisasi diterapkan, retail buyer di level kantor pusat
hanya melakukan pembelian untuk barang dagangan yang akan dialokasikan ke
Distribution Center yang selanjutnya akan didistibusikan ke seluruh gerai yang
dimilikinya.
Meskipun
peritel menerapkan metode desentralisasi proses pembelian namun tidak berarti
bahwa tanggung jawab retail buyer hanya terbatas pada persediaan barang
dagangan yang disimpan di Distribution Center. Retail buyer bertanggung jawab
untuk memonitor dan mengendalikan pembelian barang yang dilakukan oleh personel
di tingkat gerai dan kantor regional sesuai dengan merchandise budget plan.
Retail
buyer juga bertanggung jawab untuk memelihara tingkat persediaan dan
ketersediaan barang di dalam gerai maupun Distribution Center guna memenuhi
kebutuhan pelanggan secara optimal. Dibutuhkan kemampuan dan pengalaman dari
retail buyer serta data informasi yang tepat agar dapat menghitung dan
memperkirakan kebutuhan dari masing-masing gerai dan Distribution Center guna
mencegah terjadinya kekosongan barang di dalam gerai yang akan mengakibatkan
terjadinya kehilangan penjualan.
Pricing
Strategi
dasar dalam menentukan harga jual oleh peritel terdiri dari Everyday Low Prices
(EDLP) dan High Low Pricing (H/LP). EDLP atau biasa disebut sebagai harga
rendah atau harga murah setiap hari tidak berarti sebagai harga paling murah.
Strategi EDLP lebih menekankan pada harga yang stabil dengan tingkat fluktuasi
yang tidak terlalu signifikan yang berada diantara harga normal dengan harga
promosi gerai ritel pesaing. Peritel yang pernah sukses menerapkan strategi
EDLP di Indonesia adalah Giant Hypermarket, Carrefour, Hypermart, dan
Lottemart.
Pada
strategi H/LP, peritel menawarkan harga yang lebih tinggi dari harga pesaing
dan selanjutnya memanfaatkan media iklan untuk menawarkan harga yang jauh lebih
rendah dari harga normal mereka di dalam program promosi. Sebagaimana EDLP,
akhir-akhir ini semakin banyak peritel yang menerapkan strategi H/LP, seperti :
Food Mart yang dioperasikan oleh PT. Matahari Putra Prima, Hero Supermarket
yang dioperasikan oleh PT. Hero Supermarket, dan Food Hall yang dioperasikan
oleh PT. Mitra Adi Perkasa.
Segmen
market yang dibidik peritel menentukan strategi yang akan diimplementasikan di
dalam gerainya. Konsumen dari kelas menengah bawah merupakan konsumen yang
sangat sensitif terhadap harga. Untuk konsumen dari kelompok ini perbedaan
harga yang tidak signifikan akan menjadi alasan untuk berpindah ke gerai ritel
lain. Ketika peritel membidik konsumen dari kelompok ini, strategi EDLP
merupakan strategi yang sangat tepat untuk dipilih. Berbeda dengan konsumen
kelas menengah bawah, konsumen kelas menengah atas merupakan konsumen yang
tidak sensitif terhadap harga. Konsumen dari kelompok ini cenderung tidak
mempermasalahkan perbedaan harga ketika faktor kenyamanan, kemudahan dan dan
pelayanan yang disediakan oleh peritel mampu memenuhi kebutuhan mereka.
Untuk
dapat menarik konsumen secara lebih efektif, beberapa strategi penetapan harga
jual dikombinasikan dengan EDLP atau H/LP. Beberapa strategi penerapan harga
jual ditambahkan untuk mampu memberikan efek secara psikologis kepada konsumen
agar mengunjungi dan berbelanja di dalam gerai, seperti : price bundling,
multiple unit pricing, leader pricing, price lining, odd pricing, break point
pricing,dan lain-lain.
Dalam
menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada konsumen, retail buyer
mempertimbangkan beberapa hal berikut : 1. Sasaran keuangan perusahaan, 2.
Tingkat perputaran barang, 3. Biaya pembelian, dan 4. Harga pasar. Sasaran
keuangan perusahaan berkaitan dengan tingkat gross margin yang ingin dicapai
oleh perusahaan sesuai dengan sasaran keuangan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Tingkat perputaran barang berkaitan dengan nilai investasi dan
biaya yang harus dikeluarkan oleh peritel untuk membeli dan menyimpan barang
dagangan sampai dengan barang tersebut dijual kepada konsumen. Biaya yang
dikeluarkan berkaitan dengan harga beli dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
membeli barang tersebut agar dapat didisplay di dalam gerai. Harga pasar
berkaitan dengan tingkat harga yang berlaku terhadap barang tersebut di dalam
benak konsumen.
Retail
Promotion Mix
Merchandising
Dept. turut bertanggung jawab atas tercapainya tingkat penjualan sesuai dengan
sasaran yang telah ditetapkan manajemen perusahaan. Untuk mendukung tercapainya
sasaran penjualan tersebut, salah satu cara yang harus dilakukan adalah dengan
mengembangkan, menyusun, dan mengimplementasikan program promosi secara berkala
yang bekerjasama dengan Marketing & Promotion Dept. Peritel melakukan program
promosi secara berkala, baik dalam bentuk promosi mingguan, promosi bulanan,
promosi katalog, program belanja berhadiah, special event, demo produk, dan
lain-lain. Tujuan utama dari dilakukannya program promosi ini adalah untuk
menarik konsumen target market agar mau mengunjungi dan berbelanja di dalam
gerai guna menghasilkan penjualan.
Fungsi
dari program promosi yang dilakukan oleh peritel terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu
: menginformasikan produk dan layanan tentang peritel, mengajak konsumen untuk
mengunjungi dan berbelanja di dalam gerai ritel, dan mengingatkan konsumen
tentang produk dan layanan yang ditawarkan oleh peritel. Akhir-akhir ini
semakin banyak peritel yang menggunakan frequent shopper program untuk
melakukan fungsi mengingatkan. Frequent shopper programadalah sebuah metode
untuk berkomunikasi dan memberikan penghargaan kepada konsumen untuk mendorong
penjualan yang berkelanjutan dari pelanggan terbaik mereka.
Bagi
perusahaan non ritel, aktifitas program promosi biasanya merupakan suatu aktifitas
yang bersifat mengeluarkan biaya. Namun tidak demikian bagi perusahaan ritel.
Dilaksanakannya aktfitas promosi oleh perusahaan ritel memberikan peluang untuk
menghasilkan pendapatan tambahan di luar pendapatan dari penjualan. Sebagai
sebuah perusahaan yang menjadi kepanjangan tangan dari perusahaan-perusahan
manufaktur dan pemegang merk, peritel memiliki kesempatan untuk melibatkan
pemegang merk dan pemilik produk lainnya untuk turut berpartisipasi dalam
program promosi yang akan dilaksanakannya. Adanya keterlibatan supplier dalam
aktfiitas program promosi memberikan kesempatan kepada peritel untuk
membebankan sejumlah biaya kepada supplier sebagai kompensasi atas
keterlibatannya di dalam program promosi tersebut dalam bentuk promotion fee,
gondola end fee, block gondola fee, floor display fee, dan lain-lain. Ketika
Merchandising Dept. mampu menggali potensi yang dimilikinya semaksimal mungkin
untuk dijual kepada supplier, semakin besar juga pendapatan tambahan yang bisa
dihasilkan peritel. Beberapa perusahaan ritel konglomerasi lokal bahkan mampu
menghasilkan pendapatan tambahan yang persentasenya melebihi 10% dari
penjualannya hanya dari program promosi yang dijalankannya. Bagi peritel lokal
angka tersebut mungkin belum memungkinkan untuk dicapai. Tetapi adanya upaya
yang maksimal dari Merchandising Dept. untuk menggali potensi tersebut
setidaknya akan memberikan tambahan penghasilan yang signifikan.